Menunggu balasan



Ah, maafkan aku kakak tomat, karena absen untuk tema ke #7 di permainan #15harimenulisdiblog. Tapi, untuk tema ke #8 ini akan ku gabungkan ‘sedikit’ cerita yang masih ada kaitannya dengan tema ke #7 yaitu “telor dadar” huehehe. Enjoy.


------------


Masih permulaan

Sebelum berangkat sekolah, setiap paginya aku pasti sarapan. 
Entah itu bubur, roti isi, ataupun sekedar telor dan susu. Aku merasa cukup.
Energi untuk menyapa-mu sudah kurasa cukup. Ya... cukup.

Seperti juga pada pagi ini.
Aku sarapan dengan telor dadar. Ya, telor dadar yang dicampur dengan bawang bombay dan daun bawang.
Enak rasanya. Dan... entah kenapa aku sangat-sangat suka telor dadar ini.
Sangat istimewa. Begitu pula pagi ini.
Aku mendapat kepercayaan diri untuk menanyakan nomor telepon-mu. Nanti.
Ya, sesampainya di sekolah aku pasti akan bertanya padamu. Dan kita akan bertukar nomor.
Senangnya... Membayangkannya saja pun sudah membuatku senang.
Sehingga membuatku segera menghabiskan sarapan ini dan berangkat ke sekolah.

------------


Aku yang bertanya

"Hay..."

"Hay juga :)"

Sapaku pada semua teman-teman yang ku-jumpai di koridor sekolah dan di kelas.
Ku-layangkan pandangan ke sekeliling kelas.
Mencari sesosok cowok yang sudah sangat ku kenal postur tubuh dan wajahnya itu. Adi.
Cowok yang saat ini ku taksir itu bernama Adi.
Dia tampan... juga menarik dan lucu. Simple, enerjik. Positive thinking.
Ya, itulah dia. 

Deg!
Aku menemukannya.
Diantara kerumunan beberapa anak laki-laki yang sedang mengobrol, ada dia.
Di pojok belakang sana dia sedang bersandar di meja. Sambil tertawa lebar. Sungguh lucu sekali dia.
Ekspresinya menunjukkan ketulusan dalam tawa candanya. Ya, sangat tulus.
Hingga membuatku selalu ingin ikut larut di dalamnya.

Ah! Aku segera menuju bangku-ku sendiri. Letaknya tak terlalu jauh dari bangku Adi yang hanya berbeda 3 deret denganku.

Dong-dong-dong.
Bel berbunyi. Barisan anak laki di pojokan telah bubar, kembali ke bangku mereka masing-masing.
Begitu pula dengannya.
Guru masuk, dan pelajaran pun dimulai.

------------


Segera

"Aku akan segera menanyakan nomornya..."

"Ya, ya, ya... Cepat-lah"

Jam istirahat siang tiba.
Kini, saatnya aku menanyakan nomor telepon Adi agar kami bisa saling bertukar nomor.
Beberapa sahabat baikku pun ikut mendukung.
Yosh!! *kata penyemangat-ku*

Aku mencarinya sekali lagi.
Kuperhatikan baik-baik, dan dengan hanya sekelebat saja aku sudah menemukannya.
Sungguh, aku ini memang sudah sangat hafal dengan dirinya. Apalagi dengan hanya mendengar suaranya saja, aku pasti sudah tau dia ada dimana.
Bukannya sombong, tapi... ya memang begitulah kenyataannya.
Aku pun segera menghampirinya.
"Wish me luck!" semangatku dalam hati.


"Hey, Di"


"Ah! Ya, Sar ? Ada apa??"


Ah... dia ingat namaku. Dia memanggil namaku ><. Jantungku rasanya berdebar kencang. Kencang sekali. Amat-sangat super-duper kencang.


"Uhm... Itu... Kalo boleh, aku mau minta nomor teleponmu?"


".........."


Dia terdiam sejenak, lalu...


"Ah, ya tentu saja. Kau mau catat sekarang?"


Deg! Aku cukup kaget karena takut dia akan menolak.
"Ya ya ya... Tunggu... Berapa??"


Aku dengan segera mengambil hape dari saku bajuku dan mulai mengetik nomornya.


"08..1x..xxxxxxxx"


"Hm, yup! Jadi... 081xxxxxxxx"


"Ya!"


Klik. Dan saved.
Kulirik dia, wajahnya biasa saja. Dan juga....
Ah, dia tak balik bertanya akan nomorku.


"Hm, okedeh. Makasih ya, Di"


Kataku sambil tersenyum padanya.


"Oke..."


Aku pun beranjak dari-sana, menuju pintu keluar kelas. 
Tak tau mau kemana, tapi yang pasti aku harus menyembunyikan perasaan ini.
Perasaan antara senang dan sedih.
Senang karena mendapatkan nomor teleponnya, dan sedih karena ia seakan tak ingin tau nomorku dengan tak balik bertanya.
Mungkin memang aku yang terlalu banyak berharap.


------------

Dan, aku yang memulai


Sudah pagi lagi rupanya. Setelah kemarin Senin, hari ini Selasa dan aku libur. Minggu ini di sekolahku para gurunya sedang menyusun sebuah rencana untuk event sekolah yang membuat para muridnya libur selama 1 minggu. 
Jadi... hingga Senin depan aku tak bisa bertemu dia. Ya, hari ini dan esok masih tak bisa bertemu dengannya.
"Aku harus bagaimana?"


Aku tak ingin, perjuanganku kemarin yang menanyakan nomor teleponnya menjadi sia-sia.
Aku akan mengirim satu SMS yang amat-singkat sebagai percobaan.
Test dimulai :


- Halo, Di. Ini nomorku, Sarah :)


Klik dan send.
Aku menunggu balasan.
1 Menit... 2 Menit... 3.... 4.... 5...
Masih tak ada tanda-tanda akan dibalas. 
Aku-pun berhenti berharap dan meninggalkan hape itu di atas kasur.
Aku keluar kamar untuk sarapan pagi.
Ketika itu jam menunjukkan pukul 7 pagi.


------------


Sedang menunggu


Sudah siang. Jam di hapeku menunjukkan pukul 12 siang.
Waktunya salat dzuhur. Azan telah berkumandang. Sepertinya.
Aku tak begitu bisa mendengarnya dari kamar.


Sudah lelah berkutit dengan laptop dari jam 9 tadi. Dan sekarang waktunya salat.
Masih tak ada tanda-tanda akan adanya balasan SMS percobaanku.
Sedari tadi, dirinya pun tak terlihat online.
Aku pun segera mengambil air wudhu dan melaksanakan salat dzuhur. Sembari berdoa agar dibalasnya SMS itu.


------------


Yah, sudahlah


Ah! Benar-benar tak ada balasan.
Aku ingin sekali berinteraksi dengannya saat kami tak ada di sekolah.
Apa harus aku akhiri saja penantian SMS ini?
Hahaha, rasanya meyedihkan.
Aku pun belum melihat jejak online yang biasanya ia lakukan. Walaupun hanya sedikit sharing saja di dunia maya, tapi itu berarti banyak untukku mengetahui kegiatannya.


Yah, sudahlah.
Mungkin belum jodoh. Lagipula besok-besok kami masih bisa bertemu.
Akan kubicarakan nanti.


Ini sudah malam. Sekarang waktu menunjukkan pukul 9. Tapi... aku tak bisa tidur.
Biasanya karena gangguan lapar di malam hari, sehingga aku tak bisa memejamkan mata.
Dan aku... harus makan.


Aku menuju ke dapur dan membuat telur dadar.
Padahal kemarin aku baru makan telur. Tak apa-apa kan?
Aku sudah besar tapi masih dalam masa pertumbuhan kok. Yakin ku dalam hati membolehkan.


Saat makan telur dadar yang telah bercampur keju itu, seketika aku mendapatkan ide.
Melihat waktu yang sudah semakin malam, aku akan mengirimkan satu pesan singkat lagi padanya. Ya... satu SMS lagi.
Bukan ucapan selamat tidur. Masih judul percobaan. Segera kuketik cepat ide-ku ini :


- Hey, apakah masih ada yang bangun?


Terkesan iseng bukan? Aku tak biasanya mengirimkan pesan singkat seperti ini. 
Sangat jarang. Haha.
Biarlah hanya untuk test saja.
Setidaknya aku telah mencoba 2 kali untuk hari ini.


Aku pun merasa lega.
Setelah sikat gigi, aku beranjak tidur.
Berharap dalam tidur, ia akan muncul dengan balasan SMS-nya.


------------


Siapa?


Dan itu benar.
Saat aku tengah lelap tertidur.
Di antara kesunyian malam.
Ada sebuah pesan singkat masuk ke hape-ku dan membuatnya berdering.
Ketika pagi tiba, aku membukanya dan pesan itu berbunyi :


- Ini siapa?

Comments

Popular posts from this blog

[Anime] My wife is a high school girl

Kemana Bunda untuk si sulung