Dia

Waw sudah tema ke #3 yaitu #perkenalan untuk permainan #15harimenulisdiblog yaah.
Karena ada suatu kesibukan rekreasi *eh* jadi aku harus segera ikut mem-posting ini sebelum terlambat. Haha.

----------

"Kamu tau cahaya di seberang sana itu?"

"Ya, mengapa???"

"Disitu-lah rumahku..."

----------

Semula aku tak mengerti, kenapa kita bisa berjumpa.
Namaku Mayang, dan aku tidak pandai berteman. Usiaku sudah menginjak lebih dari 19 tahun.
Sekarang aku masih menyandang predikat mahasiswi tingkat 2 di suatu universitas swasta di Bandung.
Aku berkenalan dengannya saat kampusku mengadakan sebuah rekreasi ke pantai yang cukup terkenal di Bali. Disana-lah kami bertemu. Kami mengobrol. Dan juga bercanda-tawa ria.
Sungguh, kenangan yang indah.

Pertemuan pertama-ku denganya

"Hai...."

"Oh, halo..."

"Hm, sendiri?"

"Yah, begitulah..."

"Ah! Perkenalkan namaku...."

Tiba-tiba angin berhembus dengan kencangnya.

"Aw!" mataku terasa seperti ditusuk 1000 jarum. Tapi aku tahu, ini kemasukan debu.

"Kenapa??"

"Gapapa..."

Dan aku berlari meninggalkanmu.

----------

Pertemuan kedua


Selesai berjalan-jalan sendiri di pantai, aku kembali ke kamar hotel tempatku menginap.
Dingin. Hawa dingin ini serasa menusuk kulitku.

Tok tok tok !

"Siapa?"

"Kamu gapapa??"

"Siapa ya?" tanyaku sambil membukakan pintu kamar.
"Ah! Kamu kan...."

"Iya.. Aku yang tadi. Hehe... Ini, aku bawakan minuman..."

"Oh... Iya makasih... Silahkan duduk"

"Ah tak usah. Aku berdiri saja"

"Oh..."

Aku pun duduk di ujung ranjang, sedangkan dia berdiri di depan pintu kamar. Kami berbincang. Hingga ia, memperkenalkan dirinya.

"Namaku Henry"

"Ah! Aku Mayang"

Hawa dingin ini semakin lama berganti menjadi hawa hangat dan sejuk.
Hingga waktu semakin larut, dan matahari pun mulai terbenam. Henry berpamitan.

""Kamu tau cahaya di seberang sana itu?"

"Ya, mengapa???"

"Disitu-lah rumahku..."

"Oh...."

Saat itu, aku benar-benar tak mengerti. Kenapa dia menunjuk ke matahari yang sedang terbenam.

----------

Pertemuan ketiga

Sejak 2 hari yang lalu aku kembali dari acara rekreasi yang diadakan kampusku.
Cowok itu, Henry selalu saja mucul di mimpiku.
Aku tak tau apakah ini mimpi buruk atau semacamnya. Tapi.... aku selalu saja mendengar tangisnya.
Ya... dia menangis.

"Hey!"

"Ya? Ah, kau rupanya!"

"Hehe... sedang apa??"

"Kau yang sedang apa disini? Ini kan kampusku...."

"Oh! Jadi ini kampus-mu... Aku lagi senggang, jadi main deh kesini"

Kau tertawa. Lebih tepatnya cengengesan. Ya... dan kau tak menangis.

"Haha... Begitu rupanya"

Kau begitu lucu. Hingga aku tak menghiraukan, pandangan aneh di sekitarku.
Ya, karena kau... teman pertamaku. Setidaknya teman pertamaku setelah bertahun-tahun aku tak merasakan teman.

----------

Pertemuan berikutnya dan berikutnya..... 


Mimpi itu semakin jelas.
Tangisan itu semakin terasa. Menggema dan menggema di telingaku.
Dan ia-pun berkata "Tolong...."

"Henry!"

"Ada apa???" seorang wanita cantik berpakaian perawat menenangkan-ku.

"Ha? Apa? Aku dimana???"

Aku panik. Ini bukan rumahku. Kenapa aku di-infus? Ini bukan rumahku. Aku mau keluar.

"Tenang ya... tenang..."

Dan, pikiranku pun melayang. Aku tertidur.
Namun, yang kurasakan sesungguhnya bukan melayang. Bukan tertidur. Melainkan aku berjalan di sebuah ruang hampa udara, yang tak ku-ketahui. Dan disana ada sesosok cowok yang sudah sangat aku kenal. Ya, dia-lah Henry.

----------

Takkan ada lagi pertemuan kita


Di mimpi-ku memang bukan kita. Bukan hanya aku dan kamu. Tapi... ada seorang lagi.
Dia sangat mirip denganmu. Ya... dia kembaranmu. Mungkin.

Ah! Sekarang aku ada di mimpiku.
Dan aku bisa mendengar suara ombak.
Dimana ini???
Pantai??

"Hai...."

"Si...siapa?!"

"Aku, Henry. Masa kau tak mengenalku... Kita kan teman"

"Kenapa kau selalu saja datang di mimpiku?? Aku tau ini mimpi. Apa kau baik-baik saja??!"

Suaraku terdengar panik. Ya.... sangat panik.
Biasanya aku mendengar Henry yang menangis. Namun sekarang, yang ada... aku-lah yang menangis.

"Aku tak apa-apa, Mayang..."
"Dan aku ingin mengajakmu ke suatu tempat...."

DEG!
Jantungku berdegup kencang.

"A...apa? Dimana??"

Desiran ombak semakin terdengar kencang.

"Ke-rumahku... Aku akan mengenalkanmu kepada seluruh teman-temanku... Dan kau-pun akan punya teman..."

Desiran ombak semakin terasa kencang. Tapi, kau tersenyum. Seakan tak peduli percikan-percikan ombak yang mulai menerpamu.
Dan saat ku-sadari... kita.... ada di tengah lautan.

"Aku tak mau!!!"

Aku sadar ini mimpi, dan aku mulai larut di-dalamnya.
Aku berteriak.

"Tolong!! Tolong!!"

Tak ada sahutan. Ombak pun semakin kencang menerpa.

"Hahahaha.... takkan ada yang menolongmu, Mayang. Kau milikku..."

"Tidak!! Aku tak sudi!!"

Aku berlari, berteriak. Aku menerjang ombak, menuju ujung pantai. Aku bisa melihat pasir di ujung sana. Dan aku semakin cepat. Aku berlari semakin cepat. Namun, ombak terus menerjangku. Aku tak ingin ada di tempat ini lagi... Aku tak ingin! Tak mau!!

".........."

Aku tau Henry mengucapkan sesuatu. Namun, aku tak bisa lagi mendengarnya.
Dan aku tau.... Aku takkan lagi mendengarnya.

"Kau sudah sadar??!"

Aku membuka mataku.

"Siapa??"

"Aku... Henry..."

Seketika aku-pun tersadar. Ya, benar-benar sadar. Takut kalau aku akan tetap terbawa dalam mimpi.

"HA! Mau apa kamu??!"

Aku tau ini bukan mimpi. Namun... rasa takut seketika menerjangku.

"Tenang.... Aku hanya ingin mengucapkan selamat tinggal..."

Dia ingin memeluk. Tangannya ingin merangkul-ku.
Ah. Aku takut. Tapi... aku juga ingin mengucapkan selamat tinggal. Untuk yang pertama kali dan terakhir kalinya. Kami.... berpelukan.

"Selamat tinggal, Mayang...."
"Terima kasih untuk segalanya...."

Ucapnya berbisik di telingaku.
Merinding. Namun menenangkan.

"Ya.... Sama-sama, Henry.."

Jawabku sambil menangis.
Aku melepaskan pelukannya agar bisa mengusap mataku. Namun... ketika ku-lihat ke bawah.

Dia....

Tak berpijak.

Comments

Popular posts from this blog

[Anime] My wife is a high school girl

Kemana Bunda untuk si sulung