Humor Madura

KTP
Seseorang yang berasal dari Madura berjualan sate di jakarta. Pada saat ada razia KTP, ia terkena.
Kamtib: "Mana KTP bapak?"
Tukang Sate: "Saya belum punya pak. tetapi saya membawa surat kawin. Ini pak."
Kamtib: "Saya tidak perlu surat kawin. Saya perlu KTP."
Tukang sate: "Surat kawin ini jauh lebih berharga daripada KTP. KTP cuma ditandatangani Pak Lurah dan fotonya cuma satu. Sedangkan surat kawin ditandatangani kepala KUA, saya dan istri, ada saksi-saksi, dan ada foto dua lembar. Jelas lebih afdhal, pak."

Nomor Dua
Ustadz: "Shalat adalah tiang agama. Shalat adalah ibadah nomor satu."
Santri: "Ustadz keliru. Shalat itu nomor dua."
Ustadz: "Kau yang keliru. Shalat kok dinomorduakan."
Santri: "Lho, yang mengajarkan Ustadz juga. Nomor satu kan syahadat, nomor dua shalat, nomor tiga zakat, dan seterusnya."

Jubah Putih
Waktu zaman penjajahan Belanda dahulu, kalau orang Indonesia pergi haji ke Tanah Suci mereka menggunakan kapal laut. Ketika kapal mendarat di pelabuhan Jeddah, banyak sekali orang Arab yang memakai jubah putih dan peci haji masuk ke dalam kapa secara berebutan.
Para jamaah haji dari Madura sangat heran melihat begitu banyak sayyid menjemput kedatangan mereka. Karena sayyid di Madura dianggap orang alim pembawa berkah, maka mereka langsung diajak bersalaman dan tangannya diciumi sepuas-puasnya.
Ustadz yang ikut dalam rombongan haji tersebut bertanya, "Kenapa tangan mereka saudara ciumi?"
Para jamaah: "Mereka kan sayyid yang membawa berkah."
Ustadz: "Mereka itu kuli-kuli kapal yang akan mengangkat barang-barang saudara ke darat. Bukan sayyid."

Karena Punya Cucu Pertama
Istri Brudin melahirkan anak pertama. Semua keluarga tampak sangat berbahagia, kecuali ayah Brudin.
Karena itu, istrinya bertanya, "Pak, sekarang kita punya seorang cucu. bagi saya, ini suatu karunia Tuhan yang amat besar. Tetapi saya perhatikan, bapak tidak gembira."
Ayah Brudin: "Punya cucu sih aku gembira. tetapi yang aku tidak senang, mulai malam ini aku harus tidur sekamar dengan seorang nenek-nenek."
Ibu Brudin: "Lho, dikira aku senang tidur sekamar dengan kakek-kakek!"

Orang Madura Yang Takut Tentara
Ada anekdot bahwa orang Madura banyak yang takut pada Tentara. Suatu saat, di sebuah bis kota yang penumpangnya berjubel seseorang bertanya kepada salah satu penumpang yang badannya kekar dan berambut pendek : "Maaf pak, apakah sampiyan Polisi ? " (logat Madura)
"Bukan !"
"Apakah sampiyan Angkatan Darat ?"
"Bukan !"
"Angkatan Laut atau Angkatan Udara ya ??"
"Bukaaan…!"
"Kalau begitu jancuk sampiyan !"
"Lho kenapa ?"
"Ini sampiyan nginjak kaki saya "

Jeruk Kecut

Pembeli : " Berapa jeruknya satu kilo kak ? "
Penjual : " 8.000 "
Pembeli : " 6.000 yaa....aku beli 2 kilo "
Penjual : " Iya lahhh....buat pelares "
Penjual menimbang jeruk - membungkus dan si pembeli membayar. Sesampainya di rumah ternyata jeruknya cut kecut tak iyee...tak terima lah si pembeli...dia datangi lagi itu penjual dengan niatan mau protes !!!
Pembeli : " kak, sampean nipu saya yaaa"
Penjual : " Ada apa buuuuu kok saya dituduh pu nipu ? "
Pembeli : " Jeruknya kecut kecut !!! "
Penjual : " Adooooo Buuuu sampeannnn iniiiiiiiiii.....cuma beli jeruk kecut dua kilo saja kok protessssssss....sampeannnn lihatttt iniiiiii....saya punyaaa berapa keranjanggg....saya ngga protes !!!" 

Ongkos ke Bulan
Siti : " kak...kak....bisa antar ke Jalan Suci ?"
Tukang Becak : " Bisa lah dek "
Siti : " Berapa ongkosnya kak ? "
Tukang Becak : " 10.000 Dek "
Siti : " Alaahhhhh mahal sekaliiii....Jalan SUci kelihatan aja kok 10.000....5.000 ajaaaaaaaaa"
Tukang Becak : " Bulan juga kelihatan dek....tapi berapa naik becak ke bulan ?"



Mengukur Panjang

Suatu ketika guru menghukum muridnya yang rang madura karena tidak mengerjakan PR. Murid tersebut disuruh mengukur tinggi tiang bendera di halaman sekolahnya. Kemudian murid tersebut naik ke puncak tiang sambil membawa alat pengukur.

Murid : “tingginya 3,2meter pak”
Guru : “wah gimana si kamu. Kenapa kok naik ke atas tiang? Kan bisa tiangnya saja kamu tidurkan.. jadi lebih gampang. Ngapain kamu capek – capek naik keatas??”

Murid : “loh pak.. kan bapak tadi suruh saya ngukur tingginya tiang…”
Guru : laiya.. terus??
Murid : “ ya kalo tiangnya ditidurkan, itu namanya ngukur panjang nya pak.. bukan tingginya… gimana bapak ini.. ta’iye pak??

Comments

Popular posts from this blog

[Anime] My wife is a high school girl

Kemana Bunda untuk si sulung