Aku membuat pilihan...2009(1)
https://jakarta.tribunnews.com/2020/03/17/ayah-korban-ungkap-kejanggalan-sikap-bocah-smp-bunuh-diri-karena-hp-disita-temannya-cerita-begitu
Berita yang mencenangkan di atas aku baca, kala hujan reda hari ini 16.00
Seketika mengembalikan ingatan 2009 lalu, saat aku masih seusia anak tsb.
Disaat aku membuat pilihan.
2007 aku merayakan kelulusan SD.
Saat itu pertama kalinya orangtuaku adalah orangtua digital.
Mereka memantau hasil UN ku melalui handphone web / sms saat itu. Di jam subuh hasilnya sdh keluar, pengumuman resmi sekolah terjadwalkan msh di jam 8 pagi hari. Jd orangtua tau lebihdulu.
Dan dapat terlihat juga hasilnya...UN ku mungkin di 3.8 (anggap saja seperti IPK/4.00)
Aku bukan anak terpandai di kelas, dan juga di angkatan.
Tapi masa SD saat itu, aku selalu masuk dalam peringkat 3 besar. Ada masanya juga aku sampai 5besar.
Pernah mamiku tak terima krn peringkatku yg menurun, sampai mendebat kepada guru saat pengambilan rapot.
Saat itu aku tak terlalu ambil pusing, tp sempat malu jugasih...tp sudahlah.
Dari pengalaman Tryout UN, aku selalu dapat angka 3 / 4. Katanya itu angka rata2 kelulusan, sdh angka aman. Jd jika 3.8.....itu nilai dari mana kok perasaan tinggi banget ya, pikirku.
Akhirnya hari kelulusan tepat jam 8 pagi pun tiba.
Pengumuman kelulusan dan nilaipun menjadi suasana yg membuat degdegan.
Aku sudah tau, tp tetap saja. Aku degdegan untuk semua teman-temanku.
Ada drama saat kelulusan, beberapa temanku diperlakukan seperti hasilnya akan membuat mereka sedih-yg berarti tidak lulus. Tp akhirnya bilang kalau semua angkatanku saat itu lulus.
Dan pengumuman nilai UN... aku peringkat satu. Se angkatan sekolah Kalibata 01,02,09,04, dan 10.
MasyaAllah, jadi kaget. Kagetnya lagi liat ekspesi si juara satu selama SD dari kelas *. Hehehehe.
Berbekal dari situ, saat pilihan SMP dulu aku punya pilihan:
41-keluarga mami semua masuk situ. Kecuali om ku si bungsu di 107. Papiku di 43.
Rekanku yg td ku sebut dari kelas *, masuk 43.
Sedangkan aku... masuk di 107.
Saat itu masuk suatu sekolah karena geser2an. H-2 sebelum pengumuman aku msh lihat peluang di SMPN 41, aku sdh di urutan ke 4** sekian. Eeeh di hari pengumuman aku sudah masuk di SMPN 107, urutan 80-an.
Aku...dengan sangat terpaksa. Rasanya.
Harus berpisah dengan keluarga mamipapiku, dan tinggal dirumah nenek.
Ini adalah permintaan dari nenek, bukan krn aku cucu kesayangan. Tp nenek ingin meringankan beban mamipapi, masuk SMP kala itu blm pemerataan biaya BOS. Jd ada uang pangkal, bulanan sekolah, seragam, buku dan lainnya.
Aku sudah jauh hari di brief mamiku, agar mau bersama nenek-dan tdk membuat mamipapi pusing biaya sekolah yg mahal.
3bulan pertama SMP rasanya lancar.
Aku memilih ekskul Pramuka melanjutkan program ekstrakulikuler saat aku SD, dmn aku bs mengharumkan SD ku dengan prestasi.
Dengan pedenya aku memilih Pramuka, ada rekanku dari sekolah SD yg sama memilih PMR. Pdahal dia rekan grup Pramuka saat sd dulu.
Kemudian ada pemilihan osis. Aku ingin sekali aktif di berbagai kegiatan SMP, tp ternyata bukan sistem pencalonan tp dipilih oleh osis senior.
Saat itu katanya akan diumumkan berdasarkan......prestasi siswanya. Aku PD saja, aku masuk di peringkat 80-an saat itu. Rekan satu SD ku di peringkat 100 sekian. Kesempatanku terpilih lebih besar bukan?
Tp ternyata....
Prestasi fisik juga ikut menentukan, maksudku cantiknya. Aku kalah dan jd kecewa:(
Nenekku mendukung aku ikut di kegiatan Osis tapi tidak di Pramuka, mamiku mendukung di semua kegiatanku-toh tidak pakai uangnya, menurutku. Om ku si bungsu juga seperti nenekku, kala itu om ku masih blm menikah-dan kesehariannya bekerja dgn para model.....jadi dia ingin aku ini bisa cantik,putih dsn tinggi seperti model. Om memiliki obsesi menjadikan keponakannya artis, sepertinya.
Kekecewaanku tidak terpilih menjadi Osis aku ceritakan ke keluarga inti, dan nenek juga om. Semakin membuat Om ku bisa memberikan semangat dan tips menjadi cantik. Tp sayang...tidak bisa kulakukan karna aku pasti harus panas-panasan karena Pramuka.
Tp nyatanya di grupku ada beberapa perempuan berkulit putih yang tetap mau join Pramuka.
Hingga aku berhasil membawa piala kemenangan dari grup ku walau saat itu masih kelas 7.
Masuk bulan ke-4 SMP ku terasa bosan.
Dan melelahkan.
Saat disekolah aku belajar biasa. Uang jajanku pun lumayan besar, dari Nenek.
Uang saku 7000. Sedangkan PP angkot hanya 2rb. Uang jajan 5000 saat SMP itu adalah 5/1 saku saat SD.
Saat jajan di kantin aku tak banyak berinteraksi dengan teman perempuan, ada 2 rekanku dan mereka tomboy. Sisanya lagi 3 laki-laki. Tp aku tak terbiasa jajan bersama mereka, kecuali... aku bawa jajan/makan di kelas dan pasti kumpul sm mereka. Krn mereka adalah #timbawabekal.
Aku tidak mebawa bekal krn tidak ada yg siapin, aku mau siapkan sendiri malas... Nenekku saat itu sdh lumayan tua, sdh hampir 60. Dan sdh tidak ada kakek sejak beberapa belas tahun silam.
Saat itu aku langganan Mie di kantin, setiap hariiiiiii jajan Mi. Ya mungkin 3/5 hari sekolahku jajan Mi sakura itu. Cuma habis 2rb uang jajanku, dan kenyang. Minum bawa sendiri.
Sisa istirahat aku ke perpustakaan. Aku CINTA BUKU. Buku novel, buku sejarah yg menarik. Aku pinjam dan bawa ke rumah.
Tapi saat dirumah, aku pernah ketahuan bawa novel dan dimarahi nenek & Om. Katanya aku harus belajar bukan malah baca novel :(
Jadinya aku seperti ngumpet saja baca novelnya, dibalik buku belajar itu ada novel.
Ada UTS dan uts ku rasanya lancarrr.
Tapi beda suasana dirumah nenek
Nenek tidak tinggal sendiri.
Selain dengan Om yg masih bujang, ada juga keluarga bude dengan 3 anaknya.
1 kakak kelas beda 3th, jd aku smp dia kelas 1 SMA. 1 adik kelas beda setahun, sepupuku kelas 6 SD seumur adik kandungku dirumah. Dan yg terakhir beda 3 tahun, jd sepupuku msh kelas 3 SD.
Kami berbeda tingkat tapi kalau belajar ngumpul di ruangtamu....(bersambung)
Berita yang mencenangkan di atas aku baca, kala hujan reda hari ini 16.00
Seketika mengembalikan ingatan 2009 lalu, saat aku masih seusia anak tsb.
Disaat aku membuat pilihan.
2007 aku merayakan kelulusan SD.
Saat itu pertama kalinya orangtuaku adalah orangtua digital.
Mereka memantau hasil UN ku melalui handphone web / sms saat itu. Di jam subuh hasilnya sdh keluar, pengumuman resmi sekolah terjadwalkan msh di jam 8 pagi hari. Jd orangtua tau lebihdulu.
Dan dapat terlihat juga hasilnya...UN ku mungkin di 3.8 (anggap saja seperti IPK/4.00)
Aku bukan anak terpandai di kelas, dan juga di angkatan.
Tapi masa SD saat itu, aku selalu masuk dalam peringkat 3 besar. Ada masanya juga aku sampai 5besar.
Pernah mamiku tak terima krn peringkatku yg menurun, sampai mendebat kepada guru saat pengambilan rapot.
Saat itu aku tak terlalu ambil pusing, tp sempat malu jugasih...tp sudahlah.
Dari pengalaman Tryout UN, aku selalu dapat angka 3 / 4. Katanya itu angka rata2 kelulusan, sdh angka aman. Jd jika 3.8.....itu nilai dari mana kok perasaan tinggi banget ya, pikirku.
Akhirnya hari kelulusan tepat jam 8 pagi pun tiba.
Pengumuman kelulusan dan nilaipun menjadi suasana yg membuat degdegan.
Aku sudah tau, tp tetap saja. Aku degdegan untuk semua teman-temanku.
Ada drama saat kelulusan, beberapa temanku diperlakukan seperti hasilnya akan membuat mereka sedih-yg berarti tidak lulus. Tp akhirnya bilang kalau semua angkatanku saat itu lulus.
Dan pengumuman nilai UN... aku peringkat satu. Se angkatan sekolah Kalibata 01,02,09,04, dan 10.
MasyaAllah, jadi kaget. Kagetnya lagi liat ekspesi si juara satu selama SD dari kelas *. Hehehehe.
Berbekal dari situ, saat pilihan SMP dulu aku punya pilihan:
41-keluarga mami semua masuk situ. Kecuali om ku si bungsu di 107. Papiku di 43.
Rekanku yg td ku sebut dari kelas *, masuk 43.
Sedangkan aku... masuk di 107.
Saat itu masuk suatu sekolah karena geser2an. H-2 sebelum pengumuman aku msh lihat peluang di SMPN 41, aku sdh di urutan ke 4** sekian. Eeeh di hari pengumuman aku sudah masuk di SMPN 107, urutan 80-an.
Aku...dengan sangat terpaksa. Rasanya.
Harus berpisah dengan keluarga mamipapiku, dan tinggal dirumah nenek.
Ini adalah permintaan dari nenek, bukan krn aku cucu kesayangan. Tp nenek ingin meringankan beban mamipapi, masuk SMP kala itu blm pemerataan biaya BOS. Jd ada uang pangkal, bulanan sekolah, seragam, buku dan lainnya.
Aku sudah jauh hari di brief mamiku, agar mau bersama nenek-dan tdk membuat mamipapi pusing biaya sekolah yg mahal.
3bulan pertama SMP rasanya lancar.
Aku memilih ekskul Pramuka melanjutkan program ekstrakulikuler saat aku SD, dmn aku bs mengharumkan SD ku dengan prestasi.
Dengan pedenya aku memilih Pramuka, ada rekanku dari sekolah SD yg sama memilih PMR. Pdahal dia rekan grup Pramuka saat sd dulu.
Kemudian ada pemilihan osis. Aku ingin sekali aktif di berbagai kegiatan SMP, tp ternyata bukan sistem pencalonan tp dipilih oleh osis senior.
Saat itu katanya akan diumumkan berdasarkan......prestasi siswanya. Aku PD saja, aku masuk di peringkat 80-an saat itu. Rekan satu SD ku di peringkat 100 sekian. Kesempatanku terpilih lebih besar bukan?
Tp ternyata....
Prestasi fisik juga ikut menentukan, maksudku cantiknya. Aku kalah dan jd kecewa:(
Nenekku mendukung aku ikut di kegiatan Osis tapi tidak di Pramuka, mamiku mendukung di semua kegiatanku-toh tidak pakai uangnya, menurutku. Om ku si bungsu juga seperti nenekku, kala itu om ku masih blm menikah-dan kesehariannya bekerja dgn para model.....jadi dia ingin aku ini bisa cantik,putih dsn tinggi seperti model. Om memiliki obsesi menjadikan keponakannya artis, sepertinya.
Kekecewaanku tidak terpilih menjadi Osis aku ceritakan ke keluarga inti, dan nenek juga om. Semakin membuat Om ku bisa memberikan semangat dan tips menjadi cantik. Tp sayang...tidak bisa kulakukan karna aku pasti harus panas-panasan karena Pramuka.
Tp nyatanya di grupku ada beberapa perempuan berkulit putih yang tetap mau join Pramuka.
Hingga aku berhasil membawa piala kemenangan dari grup ku walau saat itu masih kelas 7.
Masuk bulan ke-4 SMP ku terasa bosan.
Dan melelahkan.
Saat disekolah aku belajar biasa. Uang jajanku pun lumayan besar, dari Nenek.
Uang saku 7000. Sedangkan PP angkot hanya 2rb. Uang jajan 5000 saat SMP itu adalah 5/1 saku saat SD.
Saat jajan di kantin aku tak banyak berinteraksi dengan teman perempuan, ada 2 rekanku dan mereka tomboy. Sisanya lagi 3 laki-laki. Tp aku tak terbiasa jajan bersama mereka, kecuali... aku bawa jajan/makan di kelas dan pasti kumpul sm mereka. Krn mereka adalah #timbawabekal.
Aku tidak mebawa bekal krn tidak ada yg siapin, aku mau siapkan sendiri malas... Nenekku saat itu sdh lumayan tua, sdh hampir 60. Dan sdh tidak ada kakek sejak beberapa belas tahun silam.
Saat itu aku langganan Mie di kantin, setiap hariiiiiii jajan Mi. Ya mungkin 3/5 hari sekolahku jajan Mi sakura itu. Cuma habis 2rb uang jajanku, dan kenyang. Minum bawa sendiri.
Sisa istirahat aku ke perpustakaan. Aku CINTA BUKU. Buku novel, buku sejarah yg menarik. Aku pinjam dan bawa ke rumah.
Tapi saat dirumah, aku pernah ketahuan bawa novel dan dimarahi nenek & Om. Katanya aku harus belajar bukan malah baca novel :(
Jadinya aku seperti ngumpet saja baca novelnya, dibalik buku belajar itu ada novel.
Ada UTS dan uts ku rasanya lancarrr.
Tapi beda suasana dirumah nenek
Nenek tidak tinggal sendiri.
Selain dengan Om yg masih bujang, ada juga keluarga bude dengan 3 anaknya.
1 kakak kelas beda 3th, jd aku smp dia kelas 1 SMA. 1 adik kelas beda setahun, sepupuku kelas 6 SD seumur adik kandungku dirumah. Dan yg terakhir beda 3 tahun, jd sepupuku msh kelas 3 SD.
Kami berbeda tingkat tapi kalau belajar ngumpul di ruangtamu....(bersambung)
Comments
Post a Comment