Kabar Darimu
Kau memilih jalanmu disana, tanpa aku. Kau tau aku disini, tapi kau tetap pergi. Kau bilang kau akan mengabariku...
-Satu bulan berlalu.
Masih hangat dalam ingatanku, tawa renyah kita ditelpon semalam. Sudah satu bulan sejak kau pergi tanpa kabar&semalam adalah malam panjang berarti bagiku. Betapa aku rindu akan suaramu. Tidak ada obrolan mesra, hanya canda tawa.
-Tiga bulan berlalu.
Mulai kau kirimkan pesan singkat. Aku ingat betul bagaimana kau bilang bahwa kau tidak suka mengirim pesan singkat. Sungguh aku bahagia dengan hanya membalas satu pesanmu itu, walau kau hanya bertanya "apa kabar" dan tanpa ada lagi balasan.
-Tujuh bulan berlalu.
Hey, kau dimana? Aku mulai merindukanmu.
-Sembilan bulan.
-Sebelas bulan.
-Setahun.
-Setahun dua bulan.
Aku lelah menunggu. Mana? Katanya kau akan mengabariku? Aku rindu dan khawatir. Tapi apa? Nyatanya?
-Setahun empat bulan.
Hey, perasaanku habis dimakan oleh waktu. Aku lelah memendam dan terus memendam.
-Setahun lima bulan.
Aku....tau kau bersama yang lain. Aku tau kau pun lupa. Jangan salahkan aku, jika aku akan melepas rasa ini. Rasa yang telah terpendam hanya untukmu.
-Setahun delapan bulan,
Biarkan rasa ini...pergi.
-Setahun sembilan bulan pun berlalu.
Bagaimana kabarmu disana?
Kuharap baik-baik saja ya. Begitu pula denganku. Terimakasih telah mengajarkan ku cara bersabar, dan terimakasih telah membuatku menunggu. Sekarang aku punya jawaban. Buah dari kesabaran. Dia indah. Bukan penggantimu. Dia yang kutunggu. Meskipun ia bukan dirimu.
Terimakasih, dan kuharap kau tetap mau memberi kabar padaku. Kan kuajak kau berkenalan dengan dia yang kini bersamaku♥
-Satu bulan berlalu.
Masih hangat dalam ingatanku, tawa renyah kita ditelpon semalam. Sudah satu bulan sejak kau pergi tanpa kabar&semalam adalah malam panjang berarti bagiku. Betapa aku rindu akan suaramu. Tidak ada obrolan mesra, hanya canda tawa.
-Tiga bulan berlalu.
Mulai kau kirimkan pesan singkat. Aku ingat betul bagaimana kau bilang bahwa kau tidak suka mengirim pesan singkat. Sungguh aku bahagia dengan hanya membalas satu pesanmu itu, walau kau hanya bertanya "apa kabar" dan tanpa ada lagi balasan.
-Tujuh bulan berlalu.
Hey, kau dimana? Aku mulai merindukanmu.
-Sembilan bulan.
-Sebelas bulan.
-Setahun.
-Setahun dua bulan.
Aku lelah menunggu. Mana? Katanya kau akan mengabariku? Aku rindu dan khawatir. Tapi apa? Nyatanya?
-Setahun empat bulan.
Hey, perasaanku habis dimakan oleh waktu. Aku lelah memendam dan terus memendam.
-Setahun lima bulan.
Aku....tau kau bersama yang lain. Aku tau kau pun lupa. Jangan salahkan aku, jika aku akan melepas rasa ini. Rasa yang telah terpendam hanya untukmu.
-Setahun delapan bulan,
Biarkan rasa ini...pergi.
-Setahun sembilan bulan pun berlalu.
Bagaimana kabarmu disana?
Kuharap baik-baik saja ya. Begitu pula denganku. Terimakasih telah mengajarkan ku cara bersabar, dan terimakasih telah membuatku menunggu. Sekarang aku punya jawaban. Buah dari kesabaran. Dia indah. Bukan penggantimu. Dia yang kutunggu. Meskipun ia bukan dirimu.
Terimakasih, dan kuharap kau tetap mau memberi kabar padaku. Kan kuajak kau berkenalan dengan dia yang kini bersamaku♥
Comments
Post a Comment